Kkrrriingggg.....krrrriiiinnnngggg.....
“Aduh
nih hp gak mau diem, gue lagi rapat juga”
keluh Ali sambil menggerutu. “Ali perhatikan rapat, jangan sibuk sendiri”
perintah Bos dengan tegasnya. “Bbaaiikkk pak” jawab Ali agak gagap sambil
mematikan Hp nya.
Rapat
selesai, Ali pun segera keluar ruangan untuk mengecek Hp nya. “Ada apa Ibu, tadi
telpon? Gak kaya biasanya, lagi gak ada pulsa lagi” suara Ali pelan.
Pikiran
Ali menjadi gak tenang dengan telpon tadi, karena tak biasanya Ibu Ali telpon
jika tidak ada yang penting sekali.
Brrraaakkkk....Ali
terkaget-kaget....”Bengong aja lo li,,,kerja,,,mikirin dia ya???” goda Firman. “
Ah dasar loe ngagetin aja” protes Ali terhadap kelakuan firman. “Bukan, sob. Tadi nyokap telpon,
tumben-tumbenan aja.” Jawab Ali. Setelah
lama bertanya-tanya akhirnya Ali menelpon balik Ibu nya. Namun HP ibunya mati
dan telpon rumahnya pun bernada sibuk,
hal ini semakin membuat Ali penasaran dan gelisah. Selama bekerja pun Ali gelisah tak menentu
yang tak ada ujungnya.
Waktu
menunjukkan pukul 5 sore, saatnya Ali bergegas untuk pulang ke rumah,
menuntaskan rasa penasaran Ali terhadap telpon Ibu tadi pagi. Sambil beranjak pulang, Ali pun bersyair :
“Jika cinta bertepuk sebelah
tangan
Lepaskan tanganmu
Terbang dan kepakkan sayapmu
Selebar angkasa biru
Arungi luas alam bebas
Hingga kau dapati tempat
berteduh
Tuk tentukan arah
Temukan cinta yang pernah
hilang”
(Khalil Gibran)
Ali sangat senang melantunkan syair-syair
untuk menghilangkan kejenuhan dalam bekerja. “Wah Ali, ternyata seorang
pujangga.” Puji sang bos. “oh, si bos?” jawab Ali kaget. Ali dan si Bos pun
berdiskusi sebentar setelah itu si Bos pun pulang terlebih dahulu meninggalkan
Ali dan para karyawannya. Teman-teman Ali pun bergegas untuk kembali ke rumah
masing-masing dan ada pula yang tidak langsung pulang.
Sambil
memasuki area parkir, Ali pun bersyair kembali :
“
Kehidupan lebih lemah daripada kematian, tetapi kematian lebih lemah daripada
cinta “
(Khalil Gibran)
Selama
perjalanan pulang Ali ternyata masih memikirkan telpon Ibu nya tadi. Syukurlah
Ali sudah memasuki gang sempit rumahnya. Ali langsung bergegas mencari Ibu nya.
“ Ibu, mana Ibuuu,” Ali memanggil-manggil Ibu nya, namun yang dicari-cari tidak
menampakkan batang hidungnya.
“
Ada apa kak Ali?, Ibu gak ada lagi belanja sama ka Dewi”, jawab Shinta. “Oh, tadi Ibu telpon, kamu tau
ada keperluan apa?” Ali langsung to the point ke Shinta. “Gak tau kak, mungkin
tadinya mau diantar sama Kak Ali buat belanja.
Ali
pun langsung pergi ke kamarnya, merebahkan badan yang lelah karena bekerja
seharian. Nanti saja Ali menanyakan perihal telpon tadi yang penting sekarang
Ali istirahat terlebih dahulu.
Selesai
istirahat, mandi lalu shalat magrib berjama’ah di Masjid, Ali lalu mengambil Al
Qur’an yang ada di Masjid. Sambil menunggu Shalat Isya, Ali memang terbiasa
menunggu di Masjid sambil bertilawah. Adzan Shalat Isya pun berkumandang, Ali
pun langsung meletakkan Al Qur’an yang dari tadi ia pegang. Ba’da shalat Isya,
Ali langsung pulang, mencari tabir misteri yang semenjak siang tadi belum
terjawab.
“Assalamualaikum,
Ibu sudah pulang Shinta?” tanya Ali.
“Wa’alaikumsalam,
sudah kak, ada di kamar lagi istirahat”, Jawab Shinta.
Ali
langsung ke kamarnya, untuk berganti pakaian. Sambil menunggu Ibu keluar kamar,
Ali membaca buku di ruang tamu, jika menggangu Ibu sedang istirahat tidak enak.
Ke pasar adalah rutinitas Ibu apalagi
jika sedang ada pesanan catering, pasti Ibu sangat lelah. Ali menunggu
lama Ibu nya di ruang tamu, sampai membuatnya mengantuk.
“Ali,,bangun
li, koq kamu tidur di ruang tamu sih??? Seloroh Ibu sambil menggoyang-goyangkan
badan Ali.
“Oh
Ibu, iya bu”. Ali mengucek-ngucek matanya sambil melihat ke jam dinding di
rumahnya. “Wah sudah jam 12 malam?” ucap Ali agak kaget.
Selang
beberapa hari, dirumah Ali pagi ini sudah ramai oleh tetangga, saudara-saudara
dan kawan terdekatnya. Tenda biru dan janur kuning sudah terpasang rapih. Bapak
Ali sudah rapih dengan kemejanya serta jasnya, sudah seperti demang zaman
kompeni, sedangkan Ibu Ali tampak cantik dengan kebayanya. Shinta, adiknya Ali
yang super manja pun tak mau kalah heboh dengan Ibunya. Namun Ali belum tampak,
masih didalam kamarnya. Ibu Ali pun berteriak memanggil Ali untuk bersiap dan
berangkat karena saudara-saudara serta nenek nya sudah siap semua. Terdengar dari
belakang tangga, Gubraaaak...., semua orang kaget dan langsung ke sumber suara.
Sesosok yang tidak asing bagi mereka, oh ternyata Ali yang terjatuh dari
tangga.
“Oh
Ali, kenape loe jatuh, sabar lah, dasar calon penganten! Ledek Nenek Ali. Muka Ali
langsung merah karena menjadi tontonan bagi orang-orang. Ali terdiam seribu
bahasa tak keluar sepatah kata pun dari mulutnya.
Dijalan
tidak jauh dari rumah Ali sudah ramai dengan mobil pribadi dan bus. Dihari yang
dinantinya sejak menginjak usia dewasa, Ali berniat tidak akan lama-lama untuk
menikah. Saat berusia 25 tahun pun menjadi target tahun pernikahannya walaupun
pada akhirnya harus melewati usia yang ditargetkannya. 2 tahun ia harus
menunggu karena sang pujaan hati, Mona harus menyelesaikan study S2 nya.
“ Bintang
akhirnya ku gapai engkau
Akhirnya bisa
kumiliki seutuhnya
Yang selama
ini ku hanya bisa memandangimu dari kejauhan”
Ali
melantunkan syair tanda penantiannya terhadap cinta yang selama ini didambakannya.
Sebuah akhir penantian terhadap separuh hatinya yang kini akan dilengkapi oleh
kehadiran Mona disisinya sampai ajal menjemput. Itulah yang ada didalam isi
hati. Ali masih bermain dihatinya tanpa meperdulikan orang-orang disekitarnya.
Selama
perjanan Ali memandangi jalan-jalan yang ia kenali karena jalan menuju rumah
Mona yang sebentar lagi menjadi Istrinya. Tiba-tiba mobil berhenti mendadak dan
untungnya mobil yang Ali tumpangi berada dijalur kiri.
“Kenapa
Bang Zuki?” tanya Ali sekeluarga kompak.
“Mobilnya
mogok, kayaknya bensinnya habis nih ?” jawab Bang Zuki berteka-teki.
“Benerkan
bensinnya habis!” Bang Zuki menegaskan. “Ayo dah kita dorong sampai ketemu pom
bensin !” Ajak Bang Zuki.
“Oke
deh.” Ali mengiyakan. Bang Zuki, Bapak Ali dan Ali mendorong mobil karena di
mobil yang laki-laki hanya mereka bertiga. Untunglah teman Ali, Ferdy dan
Zainal berjalan dibelakang mobil Ali sedangkan konvoi bus sudah jalan terlebih
dahulu. Ferdy membantu Ali mendorong
sedangkan Zainal mendorong motor yang ia kendarai. Tidak lama, telpon Ali
berdering ternyata telpon dari Mona.
“Ali,
dimana tinggal 10 menit lagi nih!” tanya Mona tidak sabar.
“Mobilnya
mogot mon, tunggu ya. Kita dorong mobil, didepan juga pom bensin, tunggu aja
ya!” pinta Ali.
“Iya”,
jawab Mona agak manja.
Ali
kembali membantu mendorong mobil lagi. Sekitar 2 kilo, akhirnya sampai juga
didepan pom bensin. Setelah sampai didepan pom bensin mereka pun terteugu dan
tertulis didepan jalan masuknya, MOHON MA’AF persediaan bensin disini habis.