Tatapan matanya
hampa, senyumannya dipaksakan agar tetap
terlihat manis, duduk sambil memegang undangan ditangan kirinya. Sambil menghitung
jumlah kendaraan yang belalu-lalang dan cuaca terlihat cerah , namun tidak bagi
Lucky. Hatinya sedang berduka karena
undangan yang diterimanya dari Rina semalam.
Dalam lamuanan
Lucky, teringat syair Khalil Gibran :
“Apa
yang bisa aku katakan tentang seorang pria yang terkoyak diantara dua wanita
Seorang
merajut saat-saat keterjagaan pria itu keluar dari mimpi-mimpinya
Yang
lain membentuk mimpi-mimpi pria itu dari saat keterjagaannya?
Apa
yang harus kukatakan tentang sebuah hati yang diletakkan oleh Tuhan di antara
dua lampu”
Syair-syair dari
Khalil Gibran, membuat Lucky semakin larut dalam lamunannya.
Bagiku,
dirimu adalah keindahan yang ada pada diriku
Yang
telah muncul keluar dari kekuasaan Tuhan Yang Suci...
Antara lamunan dan
kegelisahan mendera Lucky, karena sebuah nama yang tertera di undangan yaitu
Siti Aisyah. Ya, Siti Aisyah adalah pujaan hati Lucky dan anggapannya selama
ini, ia adalah wanita yang ideal baginya untuk dijadikan istri bagi dirinya.
Dan, saat ini mimpi tentang Siti Aisyah menjadi istrinya, semuanya sudah berakhir
dikarenakan orang tua Siti tidak merestui hubungan mereka. Mungkin hal sepele
yang membuat hubungan mereka tidak direstui karena Lucky asli betawi. Orang tua
Siti beranggapan orang betawi itu pemalas.
Lain hal tentang
cinta dengan pekerjaan. Walaupun masih terhitung karyawan baru, namun dengan
prestasi yang sangat gemilang, dalam waktu singkat selama satu tahun bekerja ia sudah diangkat menjadi asisten manager
marketing. Lucky adalah karyawan
berprestasi di perusahaannya bekerja. Untuk hal cinta ia bukanlah seorang yang
berprestasi pula. Keadaan berbalik 180 derajat ketika berbicara pekerjaan dan
cinta tentang si Lucky.
“Hey Lucky,
ngapain loe bengong-bengong sendirian dipinggir jalan, kelihatan sedih banget
loe?????” tiba-tiba Lukman, sahabatnya Lucky datang membuyarkan lamunan
Lucky. Lukman melihat wajah Lucky, seperti
langit mendung yang akan turun hujan.
“Ah gak knapa-knapa luk”, sahut Lucky dengan berlagak baik-baik saja. “Ayolah Lucky, jangan berlagak sama gue gak
ada apa-apa, jujur ajalah ,” desak Lukman bertanya, kendati pun ia sudah tahu
inti permasalahannya. “Yuks kita ngobrol di Gudang Bakso Bang Er aja, gak enak
ngobrol-ngobrol dipinggir jalan!!!” Ajak Lukman. Akhirnya mereka bergegas ke
tempat tujuan. Selama perjalanan,
dimanfaatkan Lucky untuk curhat.
Akhirnya mereka
sampai juga ditempat tujuan. Ketika pintu dibuka oleh ke dua sahabat ini, terdengar
lagu dari Yovie Nuno :
“
Mengapa kita bertemu
Bila
akhirnya dipisahkan
Mengapa
kita berjumpa
Tapi
akhirnya dijauhkan
Kau
bilang hatimu aku
Nyatanya
bukan untuk aku
Bintang
dilangit nan indah dimanakah cinta yang dulu
Masihkah
aku disana direlung hati dan mimpimu
Andaikan
engkau disini andaikan tetap denganku
Aku
hancur ku terluka.....
Dan
ku beruntung sempat memilikimu...”
Wah semakin galau
saja Lucky. Waktu tinggal 2 minggu lagi hari, Lucky harus merelakan Siti
menjadi milik orang lain. Berat dan sakit hati yang tak terkira yang harus
dirasakan.
“Bang, pesen
apa??” tanya Zuki, pelayan Gudang Bakso Bang Er. “Saya Bakso Super Mie ayam,
minumnya et teh manis aja bang.” Jawab Lukman.
“Lucky, Loe mesen
apa? jangan bengong aja” nada lukman sedikit sewot. “Ggguuee, eeeee...Kwetiaw
bakso jumbo aja, minumnya...biasa es teh manis. “ Jawab Lucky agak
terbata-bata. Setelah memesan, barulah
mereka mencari tempat duduk yang nyaman buat mereka mengobrol.
“Luk, gimana ya?
Bingung gue, padahal gue niat ngelamarnya.”
Lucky membuka pembicaraan. “Ya lo ikhlasin aja Lucky. Nanti lo juga
dapet jodoh yang lebih baik.”
“Tapi gimana ya?
Gue cinta banget sama dia!” bela Lucky. “Yang gue tau sih Siti dijodohin sama
Babehnya.” Cerita Lukman. Ketika mereka sedang asyik mengobrol, HP Lucky
berdering. “Siapa Lucky??? Lukman heran karena HP gak diangkat-angkat oleh
Lucky.
“Siti,,,???? Angkat
gak ya Luk??” Tanya Lucky. “Udah aja, kapan lagi...” ledek Lukman ke Lucky. “Ah, loe lagi begini sempet-sempetnya
ngeledekin gue.” Ketika hendak mengangkat,,,” Prangg ”. suara gaduh dari meja
Lucky. Ternyata mangkok kwetiaw Lucky terjatuh saat mengangkat HP.
“Ah, Lucky
aneh-aneh aja lo, segala pecahin mangkok, gak enak tau diliati sama
orang-orang” Nada Lukman agak emosi. “Ma’af, ma’af..” sahut Lucky.
Bang zuki akhirnya
menghampir, Lucky meminta ma’af ke bang zuki sambil memesan ulang pesenannya
yang terjatuh. Lucky juga bertanya-tanya ada apa ya tadi si Siti telpon, hendak
apa Siti menelponnya.
Krinnnngggg....mungkin
Siti lagi yang menelpon. Pas melihat HP nya, ternyata Ibu nya Lucky yang
menelpon. “Lucky, loe lagi dimana? Ibu Lucky bertanya-tanya. “Lagi di Gudang
Bakso Bang Er sama Lukman, Bu.”
“Udah cepet
pulang, ada yang mau Ibu kenalin” Ledek Ibu Lucky.
“Maksudnya bu?
Siapa? “ tanya Lucky terheran.
“Pokoknya ada deh,
udah makanya cepetan pulang! Ibu berteka-teki.
“Baik deh, bu.
Lucky segera pulang tapi abisin makanannya dulu ya.” Jawab Lucky agak kesal.
“Oke, cepetan ya
Lucky. Anak ibu yang ganteng.” Ledek ibu.
“Iya, Ibu yang
cantik...” Lucky akhirnya menutup pembicaraan.